Minggu, 16 Agustus 2015

Teori Belajar dan Pembelajaran



BAB II
PEMBAHASAN
1.                  Berbagai Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar sering kali diartikan sebagai salah satu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang menuju ke arah yang lebih baik jika dikondisikan dengan benar. Seperti yang dikemukakan oleh Hilgard “learning is the process by wich an activity   originated or is changed through training procedures (weather in the laboratory or in the natural environment) is distinguised from changed by factors not attributable to training1. Dari definisi tersebut diperlukan belajar dan pembelajaran untuk memahami tingkah laku setiap manusia yang berbeda. Maka, terdapat beberapa teori-teori dalam belajar dan pembelajaran yang dapat menjelaskannya. Teori-teori tersebut ,yaitu:
A.    Teori belajar Kognitif
a)      Teori Gestalt
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight yang merupakan pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan. Inti dari teori Gestalt adalah insight itu sendiri yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         “kemapuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut sedangkan kemampuan dasar itu tergantung pada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok spesiesnya
·         Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaan masa lalu yang relevan
·         Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya
·         Pengertian mrupakan mimpi dari insight. Melalui pengertian individu akan memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
·         Apabila insight telah diperoleh,maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain.”2
Contoh dari pengembangan insight diuji pada seekor simpanse yang dimasukkan ke dalam jeruji yang terdapat sebuah tongkat. Lalu diletakkan sebuah pisang di luar jeruji tersebut. Beberapa saat kemudian simpanse dapat mengambil pisang yang terdapat di luar jeruji dengan menggunakan tongkat tersebut. Hal itu dikarenakan, simpanse mampu mengembangkan insight.
b)      Teori belajar Konstruktif
Menurut teori konstruktivistik, belajar merupakan proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman, bukan hanya sekedar menghafal. Pengetahuan merupakan sebuah hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu, bukan hanya suatu pemberian atau pemberitahuan dari guru saja.
Pengetahuan adalah hasil dari pemberitahuan yang biasanya tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Piaget adalah tokoh yang mengembangkan teori belajar konstruktivisme, ia menjelaskan bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang dinamakan skema. Pengalamanlah yang akan membentuk skema anak tersebut. Contoh dari teori belajar konstruktif ini adalah ketika anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang memiliki warna bulu sama yaitu putih. Karena seringnya anak bermain dengan hewan itu akibatnya ia dapat menangkap perbedaan antara keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat sedangkan kelinci berkaki dua. Pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki dua dan binatang berkaki empat. Setelah anak menjadi dewasa, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya.
Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema yang baru. Asimilasi dan akomodasi terbentuk dari pengalaman siswa.
Seorang anak akan mampu menyusun skema baru jika ia dihadapkan pada posisi ketidakseimbangan (disequalibrium), yang akan mengganggu psikologis anak. Apabila anak telah berhasil membentuk skema baru maka anak akan kembali pada posisi seimbang (equilibrium), untuk kemudian ia akan dihadapkan pada perolehan pengalaman baru.
Pandangan piaget tentang bagaimana pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran diantaranya model pembelajaran konstektual. Menurut pembelajaran konstektual, pengetahuan itu akan bermakna jika ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.
B.     Teori Belajar Pengalaman / Fungsional
1.      Teori belajar behavioristik
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Teori ini juga dinamakan teori stimulus respon.
Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behaviorism sebagai berikut:
·         Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike.
·         Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop.
·         Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner.
·         Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull.
·         Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie.
2.      Teori belajar connectionism asosiasi
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike berdasarkan eksperimen yang dia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
·         Hukum kesiapan (law of readiness)
Menurut hukum ini, Apabila ada kesiapan dalam diri individu maka hubungan antara stimulus dan respons akan mudah terbentuk. Tiga inti dari hukum ini adalah, pertama, jika pada seseorang terdapat kesiapan untuk bertindak atau merespons, maka respons atau tindakan yang dilakukannya akan menghasilkan kepuasan, dan mengakibatkan individu akan melakukan tindakan tersebut tanpa melakukan tindakan-tindakan lainnya. Kedua, jika seseorang memiliki kesiapan untuk merespons namun tidak dilakukan olehnya, maka hanya akan menghasilkan ketidakpuasan dalam dirinya, kemudian ia akan melakukan tindakan-tindakan lain. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk merespons, maka respons yang diberikan tidak akan mengakibatkan ketidakpuasan.
Implikasi dari hukum ini dalam pembelajaran yaitu ada atau tidaknya kesiapan belajar seseorang individu sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang.
·         Hukum latihan (Law of exercise)
Kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respon dijelaskan dalam hukum ini. Latihan yang menjadi perangsang agar hubungan atau koneksi antara kondisi dengan tindakan akan menjadi lebih kuat, namun ketika tidak pernah latihan yang diulang maka hubungan atau koneksi antara kondisi dengan tindakan akan semakin lemah.
Implikasinya adalah jika semakin sering anak mengulang suatu peljaran maka akan semakin cepat pelajaran tersebut dikuasai oleh anak itu.
·         Hukum akibat (Law of effect)
Hubungan stimulus dan respons akan menjadi kuat ataupun lemah tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Apabila respons menyenangkan maka respons tersebut akan di ulang, namun jika respons mengakibatkan hal yang tidak mengenakan maka respons tidak akan diulangi lagi.
Implikasi dari hukum akibat ini adalah jika seseorang mengharapkan orang lain dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diusahakan menyenangkan bagi dirinya. Namun jika kita mengharapkan seseorang untuk tidak mengulangi respons yang diberikan, maka harus diberi sesuatu yang tidak meyenangkan.
3.      Teori belajar conditioning
·         Teori belajar classical conditioning
Belajar merupakan pembentukan prilaku yang perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Tokoh dari teori ini adalah Pavlov dan Watson. Mereka percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama pada manusia.
Dalam percobaannya Pavlov menggunakan seekor anjing. Ia ingin membentuk tingkah laku tertentu pada seekor anjing tersebut. Saat keadaan lapar, sebelum anjing diberikan makanan dibunyikan lonceng lalu diperlihatkan makanan, respons dari anjing tersebut adalah air liur anjing keluar dari mulutnya dengan keadaan yang diulang-ulang. Setelah beberapa kali hal ini dilakukan, ternyata setiap kali lonceng berbunyi air liur anjing selalu keluar walaupun anjing tersebut tidak diberikan makanan. Dari semua itu anjing belajar bahwa setiap kali lonceng berbunyi pasti ada makanan sehingga air liur keluar dari mulutnya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen ini bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu.
·         Teori belajar operant conditioning
Teori operant conditioning atau teori pembiasaan perilaku respons merupakan teori belajar yang masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Teori ini diciptakan oleh Burrhus Frederic Skinner yang memiliki tema pokok dalam karya-karyanya yaitu bahwa tingkah laku terbentuk oleh konsekuesi- konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
Skinner membedakan dua macam respons, yitu repondent response dan operant response. Respondent respons adalah response yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya perangsang stimulus makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Respons tersebut relatif tetap. Jika setiap ada stimulus maka akan muncul respons tertentu. Hal tersebut berarti perangsang-perangsang selalu mendahului respons yang ditimbulkannya.
Sedangkan operant response adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsangnya disebut dengan reinforcer, karena perangsang tersebut memperkuat response yang telah dilakukan orgnisme. Misalnya seorang anak yang belajar untuk melakukan sesuatu jika diberikan reinforcer untuk merangsang seperti ia akan mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat dalam belajar.
Salah satu eksperimennya, skinner menggunakan seekor tikus yang dimasukkan dalam sebuah peti dikenal dengan nama “skinner Box”. Peti tersebut terdiri dari dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang berupa wadah untuk makanan. Manipulandum berupa komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen manipulandum  terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit (Reber, 1988).
Dalam eksperimen, mula-mula tikus lari-lari didalam peti, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Hal ini disebut dengan emitted behavior (tingkah laku yang terpancar). Kemudian secara kebetulan salah satu emitted behavior seperti cakaran kaki dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit. Eksperimen ini mirip sekali dengan  tingkah laku belajar menurut Thorndike yang selalu menghasilkan satisfaction (kepuasan), sedangkan menurut Skinner, fenomena ini selalu menghasilkan reinforcement (penguatan).
Teori-teori belajar hasil eksperimen Thorndik, Skinner, dan pavlov diatas secara prinsipal bersifat behavioristik yang lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.




Tabel Perbedaan Aliran Behavioristik Dan Kognitif

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
TEORI BELAJAR KOGNITIF
1.        Menekankan pengaruh lingkungan
2.        Mementingkan bagian-bagian
3.        Mengutamakan peranan reaksi
4.        Hasil belajar terbentuk secara mekanis
5.        Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
6.        Mementingkan pembentukan kebiasaan
7.        Memecahakan masalah dilakukan dengan cara “trial and error”
1.   Mementingkan apa yang ada dalam diri
2.   Mementingkan keseluruhan
3.   Mengutamakan fungsi kognitif
4.   Terjadi keseimbangan dalam diri
5.   Tergantung pada kondisi saat ini
6.   Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
7.   Memecahkan masalah didasarkan kepada insight


C.     Teori Belajar Humanism
1.      Teori belajar berbasis multiple intelegences (Gardner)
2.      Teori belajar meaningful learning (Ausubel, Carl Roger)
3.      Teori kebutuhan (Maslow)
4.      Teori belajar metakognisi
D.    Teori Belajar Sosial Bandura dan Vigotsky serta pembelajaran cooperative dan ellaborative



Tidak ada komentar:

Posting Komentar